Halo pembaca Rainobeindo sekalian, Kuharap kalian masih bersemangat untuk membaca.
Setelah jarang update beberapa tahun, Akhirnya Rainobeindo akan aktif kembali dan tidak hanya itu Rainobeindo bahkan akan menerjemahkan Versi Light Novel dari Tsuki ga Michibiku Isekai Douchuu.
Walaupun disini aku masih mengunakan bantuan dari mesin untuk menerjemahkan dari bahasa jepang ke bahasa indo, Tapi aku sudah menumpahkan seluruh jiwa ragaku dalam mengolah kata supaya lebih mudah dipahami oleh pembaca sekalian. Hm, Sepertinya aku terlalu banyak mengetik kata pembuka.
Oke langsung saja kuharap kalian bisa menikmatinya!
Prolog
Hari itu adalah hari yang
sama seperti biasanya.
Bangun tidur, sarapan pagi,
lalu sekalian menyiapkan bekal.
Pergi ke sekolah. Menyelesaikan
latihan pagi klub panahanku, mengikuti pelajaran dan setelah selesai lalu pergi
ke klub lagi. Bersenda gurau dengan teman dari klubku dalam perjalanan pulang.
Berendam di bak mandi dengan santai, makan malam bersama keluarga, dan beristirahat.
Menghabiskan malam musim gugur yang panjang dengan membaca buku dan browsing di
internet. Kemudian pergi tidur.
Hanya itu yang kulakukan. Sama
seperti biasanya, Hari yang damai tanpa peristiwa yang spesial.
“Karena itulah akan sangat
aneh jika aku tidak sedang tertidur di kamarku!”
Akan tetapi aku malah
berada 'disini', Lagian 'ini' dimana?
Aku berada di ruangan yang
gelap— Aku mencoba meraba-raba bagian di sekitar lantai dan dinding, Dan aku
menyadari bahwa aku berada di sebuah ruangan di suatu tempat. Namun, Di sekitar
dinding hitam, Aku melihat cahaya temaram seperti bintang terlihat mengambang
di beberapa tempat. Karenanya, Aku terjatuh dalam ilusi bahwa aku berada di tengah
langit malam.
Jelas ini bukanlah kamarku.
Disini tak ada furnitur sama sekali. Bahkan pintu keluar pun tak ada.
Bersandar di sudut ruangan,
mencoba mengingat kembali hari ini, aku merenung memikirkan apa yang sebenarnya
sedang terjadi, Lalu disaat itu—
[Kau cukup tenang juga, ya]
“?!”
Suara? Tapi
saat aku melihat sekeliling, aku tidak melihat ada tanda-tanda orang lain, bahkan
aku tidak melihat adanya perubahan di ruangan itu.
[Tidak menjerit ataupun
berteriak, melainkan menjelajahi lingkungan sekitar lalu duduk di sudut ruangan
untuk mencoba memahami situasi tanpa menurunkan kewaspadaan.]
Lanjut suara itu. Itu
adalah suara yang rendah seperti orang tua yang sedang berbicara. Dan
sepertinya dia tidak berniat memperkenalkan dirinya sendiri.
“Siapa kau?”
[Bila
Kami bilang Dewa, Akankah kau percaya?]
{Kami sama seperti aku merupakan kata ganti orang
pertama/yang berbicara (pluralis majestatis) untuk mengungkapkan suasana yang
agung atau mulia.}
“Tidak mungkin.”
Ngomong apaan sih ni
orang!?
[Itu sangat disayangkan. Mungkin
kau sudah mengetahuinya, tapi, saat ini Kami akan mengirimmu ke dunia
lain. Ngomong-ngomong, ini adalah perjalanan satu arah jadi kau takkan bisa kembali
ke dunia asalmu.]
“Oioioioioi!!!”
Hal bodoh apa yang dia katakan
dengan santainya?
[Perihal apa yang harus kau
lakukan disana, Kau bisa menanyakannya pada pihak yang bertanggung jawab
disana. Baiklah terakhir, Sebagai bukti bahwa kau sudah memahami dan menerima
situasi ini, Berikan tanda tanganmu....]
"MANA BISA AKU
MELAKUKANNYAAA!!"
Seperti yang diharapkan, Nada
bicaraku menjadi kasar. Wajarlah, Lagian aku sama sekali tidak paham apa yang
dia maksud!
[Oya, Kau tidak mau? Anehnya....
Kami dengar kau sudah mendengar ceritanya.]
Pemilik suara itu terdengar
bermasalah, dan suaranya melemah di akhir kalimatnya.
Aku sudah mendengar
ceritanya!? Candaan juga ada batasnya!!!
“Aku tidak pernah mendengar
cerita seperti itu! Dengar ya! Lagian orang bodoh mana coba yang percaya saat
diberitahu tentang dunia lain!? Justru malah lebih aneh kalau ada orang yang
percaya dengan cerita seperti itu!”
Aku berteriak dengan
segenap tenagaku.
[Hm, Sepertinya itu bukan
kau. Kami sudah melakukan sesuatu yang buruk, Kami minta maaf.]
“Hei… Jangan cuma minta
maaf, Kau akan mengembalikanku ke rumahku, kan!?”
[Tentu.]
Suara itu menjawab seperti
itu.
Untuk saat ini, Sepertinya
dia orang yang bisa diajak bicara. Kan gak lucu kalau dia bilang 'Mustahil'
atau 'Yah, Pokoknya berjuanglah' lalu membuangku begitu saja.
Atau mungkin dia bilang
'Kau sudah mati~' tanpa mau mendengar protesku, dan mereinkarnasikanku ke dunia
lain. Eh tapi, Kuingat dengan jelas sebelum tertidur aku masih hidup. Jadi
kemungkinan pola itu kecil, ya…
Syukurlah~
[Yah, Kami benar-benar
minta maaf... Tapi, Itu berarti kakak atau adik perempuanmu, ya.]
...Kutarik kembali ucapanku.
Orang ini barusan mengatakan sesuatu yang tidak bisa dianggap lelucon. Walau
itu terdengar seperti gumaman, Tapi itu dengan jelas terdengar oleh telingaku.
“Woi, Apa yang barusan kau
katakan?”
[Hm? Kalau bukan kau
orangnya itu berarti salah satu di antara saudarimu yang sudah mendengar
ceritanya—]
“Gak mungkinlah! Awas saja
kalau kau sampai menyentuh Nee-san atau Mari, Aku tidak akan mengampunimu!”
Memang benar aku mempunyai
dua saudari. Yukiko-nee-san yang tiga tahun lebih tua dariku dan Mari yang dua
tahun lebih muda dariku.
Tapi hari ini tingkah
keduanya tidak ada yang berubah. Aku tidak berpikir mereka sudah diceritakan
tentang situasi yang tidak biasa seperti ini.
Dia mau mengambil salah
satu dari mereka untuk menggantikanku? Jangan bercanda.
[Tapi, Kau adalah putra
tertua keluarga Misumi, Misumi Makoto-kun, kan?]
“Kenapa kau bisa tahu
namaku?”
[Anak-anak dari keluarga Misumi
sudah mendengar cerita itu, Itulah yang diberitahukan pada Kami ?]
Suara itu terdengar tambah
bermasalah dari sebelumnya. Walau dia sudah seenaknya menculikku, tapi dia
masih mencoba menghormati keinginanku. Aku jadi sedikit terkesan.
Baiklah, Untuk sekarang
mari tenangkan diri dulu. Oh iya, aku bahkan belum mengetahui namanya.
“Hei. Untuk saat ini,
Bisakah kau memberitahu namamu?”
[Ooh benar juga. Kami
minta maaf karena tidak memperkenalkan diri. Kami biasa dipanggil
Tsukuyomi.]
“Oh Tsukuyomi, ya. Tsukuyomi...
EH jangan-jangan, Tsukuyomi yang itu?!”
[Oya, Kau tahu? Rupanya wawasanmu
cukup luas.]
“Salah satu dari Tiga Dewa
Shinto, Tsukuyomi no Mikoto yang 'itu'?!”
[Oooh, Itu benar.
Dibandingkan dengan dua lainnya, Kami adalah sosok kecil.]
Memang benar sih, Tapi tetap
saja itu nama besar. Aku menyukai mitos dan sejarah (meski hanya sedikit), itu
sebabnya, kalau pemilik suara itu benar-benar Tsukuyomi-sama yang asli, maka
itu adalah sosok yang besar.
“Tapi
kenapa Tsukuyomi-sama bisa sampai mengetahui keluarga Hamba ?”
{Di raw jepangnya si Makoto merubah katanya menjadi waga dan
karena disini dia bersikap merendah jadi kata aku kuganti jadi Hamba}
[… Sepertinya kau
benar-benar tidak tahu apa-apa, ya. Baiklah, Kami akan menceritakannya
dari awal.]
Dan begitulah, Tsukuyomi-sama
mulai menjelaskan garis besarnya dengan baik. Aku merasa bak disambar petir
saat mendengarnya— Ringkasnya seperti ini...
Sepertinya orang tuaku
datang ke Jepang dari dunia lain. Belum apa-apa sudah tidak masuk akal
ceritanya, Tapi dengan kata lain mereka adalah mantan penduduk dunia lain.
Kalau diingat kembali,
Sejak masih kecil aku tidak pernah bertemu dengan kerabatku. Mereka bilang
kakek dan nenekku meninggal sebelum aku lahir dan hubungan dengan kerabat yang
lainpun terputus. Sampai saat ini aku percaya saja dengan itu, Tapi tidak
kusangka ternyata karena ini alasannya.
Saat di dunia lain, karena suatu
takdir, Mereka membuat sebuah kesepakatan dengan dewa disana. 'Suatu hari Kami
akan mengambil satu hal penting dari kalian' dan itulah yang tampaknya telah
membawaku pada situasi ini.
Apa dia itu Dewa Jahat?!
Apa-apaan dengan kesepakatan yang mengerikan itu!? Mereka sama sekali tidak
pernah bercerita tentang dunia lain padaku!
Tapi tampaknya orang tuaku
begitu putus asa hingga mereka menyetujui kesepakatan itu.
Dan bila diingat kembali
Kakak perempuanku, Adik perempuanku, dan juga aku. Kami bertiga diajari segala
macam pekerjaan rumah tangga, Selain itu mereka juga memaksa kami untuk
mempelajari suatu ilmu bela diri. Tapi siapa sangka bahwa itu semua adalah
persiapan agar kelak kami bisa hidup mandiri kapan saja!?
Tapi, Ayah, Ibu. Apa
panahanku... masih termasuk ilmu bela diri? Kupikir itu sedikit berbeda. Yah,
Karena tubuhku lemah jadi kurasa apa boleh buat.
Apa mungkin Ayah menjadi
seorang penulis yang mengkhususkan diri dalam membuat novel fantasi yang sangat
realistis, karena dia sendiri benar-benar pernah mengalami dunia itu!?
Penggambaran tentang rasa Steak Naga itu dan bagian saat dia menjabarkan kenyamanan
di kandang kuda yang sangat terasa. Padahal kupikir semua itu diambil dari
referensi game retro.
Dunia yang akan kutuju
sekarang adalah dunia yang biasa kulihat di karya-karya ayahku, Sebuah dunia
dimana kau bisa menikmati kehidupan fantasi dengan pedang dan sihir.
Dan karena itulah,
Seseorang harus pergi kesana. Namun, Untungnya, Sepertinya aku akan dikirim
dalam kondisi yang luar biasa dalam hal kemampuan. Tampaknya karena banyaknya
beban disini, Biasanya orang yang dikirim kesana akan menjadi manusia super.
Dari apa yang
Tsukuyomi-sama katakan, tampaknya hanya dengan hidup di duniaku adalah hal yang
luar biasa.
Contohnya, Sumber energi
untuk mewujudkan sihir yang mana hanyalah sebuah ilusi bagi kita, Kekuatan
sihir. Tampaknya, Pada awalnya, Setiap manusia memiliki Kekuatan sihir di dalam
diri mereka.
Namun, Dikatakan karena
tekanan yang dipancarkan terus-menerus dari luar ke bumi, Membuat kekuatan
sihir jadi tersegel jauh di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, kebanyakan
orang yang hidup di dunia ini bahkan tidak dapat merasakan kekuatan sihir.
Meski begitu, Ada segelintir orang yang mampu melihat kekuatan dalam diri
mereka, mematahkan tekanan, dan mengembangkan kekuatan paranormal.
Demikian pula dengan fisik,
Di bumi terdapat sebuah beban yang sangat berat seolah-olah berada dibawah
supergravitasi. Karena itulah, Sebenarnya bumi adalah tempat yang keras. Aku
tidak tahu itu.
Dunia yang tandus dimana perlindungan
ilahi maupun berkah dari pihak-pihak yang disebut dewa sulit dijangkau. Itulah
dunia yang sampai hari ini kutinggali. Oleh karena itu, Dengan terbebasnya aku
dari segala macam beban dan tekanan itu, Di dunia lain itu aku akan menjadi
orang yang kuat dalam hal kekuatan sihir maupun fisik.
Sungguh kualitas hidup yang
luar biasa, Padahal aku hanya menjalani hidup dengan normal.
Namun, Meski aku menjadi
manusia super disana, Itu hanya seperti melepas pakaian yang sangat berat dan
melepaskan kekuatanku, Bukan berati aku akan jadi abadi, jadi aku akan mati
secara normal, Atau begitulah yang dikatakan Tsukuyomi-sama.
“Yah~ Hamba
benar-benar minta maaf karena telah membentakmu. Sepertinya kamu
mengalami hal yang berat juga, Tsukuyomi-sama.”
Di tengah mendengarkan
ceritanya, Tanpa sadar kami mulai membicarakan tentang keadaan keluarga kami
masing-masing. Yah, Kurasa Tsukuyomi-sama juga mengalami kesulitan yang sama
denganku, yang terjepit diantara kakak dan adik yang luar biasa. Dia sampai mengeluh
padaku yang merupakan orang yang baru pertama kali ditemuinya, Sepertinya itu
benar-benar sulit baginya.
[Yah~ Tidak disangka kau
bisa memahaminya! Sudah berapa ratus tahun sejak terakhir kali Kami
merasakan perasaan selega ini... Tapi bila harus dikatakan, Makoto-dono juga
pasti sulit, ya.]
Tsukuyomi-sama juga
memahami perasaan sulitku yang berada di antara para saudariku. Sungguh aku
memiliki banyak kekhawatiran, ketika aku terjepit di antara kakak dan adik
perempuanku...
Tidak peduli seberapa
banyakpun orang yang bilang iri padaku karena memiliki Kakak yang cantik dan
Adik yang imut, Tapi mereka tetaplah saudari kandungku. Malah justru
orang-orang yang iri itu yang membuatku kesal. Dan “orang” yang mengerti semua
kesulitanku itu adalah Tsukuyomi-sama.
Biar kutegaskan, Bila ada
agama yang hanya menyembah pada Tsukuyomi no Mikoto, Maka aku akan langsung
memasukinya! Tsukuyomi-sama banzai!
Bagaimana? Apa sudah enak untuk dibaca kalimatnya?
Kalau ada kalimat atau kata yang mengganggu atau tidak dimengerti silahkan tanyakan saja lewat kolom komentar.
Selain pertanyaan kalian juga bisa memberikan kritik dan saran di kolom komentar.
Oke Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di chapter berikutnya.