(LN) Tsuki ga Michibiku Isekai Douchuu Volume 01: Prolog part 1

Halo pembaca Rainobeindo sekalian, Kuharap kalian masih bersemangat untuk membaca.
Setelah jarang update beberapa tahun, Akhirnya Rainobeindo akan aktif kembali dan tidak hanya itu Rainobeindo bahkan akan menerjemahkan Versi Light Novel dari Tsuki ga Michibiku Isekai Douchuu.
Walaupun disini aku masih mengunakan bantuan dari mesin untuk menerjemahkan dari bahasa jepang ke bahasa indo, Tapi aku sudah menumpahkan seluruh jiwa ragaku dalam mengolah kata supaya lebih mudah dipahami oleh pembaca sekalian. Hm, Sepertinya aku terlalu banyak mengetik kata pembuka.
Oke langsung saja kuharap kalian bisa menikmatinya!




Prolog

 

Hari itu adalah hari yang sama seperti biasanya.

Bangun tidur, sarapan pagi, lalu sekalian menyiapkan bekal.

Pergi ke sekolah. Menyelesaikan latihan pagi klub panahanku, mengikuti pelajaran dan setelah selesai lalu pergi ke klub lagi. Bersenda gurau dengan teman dari klubku dalam perjalanan pulang. Berendam di bak mandi dengan santai, makan malam bersama keluarga, dan beristirahat. Menghabiskan malam musim gugur yang panjang dengan membaca buku dan browsing di internet. Kemudian pergi tidur.

Hanya itu yang kulakukan. Sama seperti biasanya, Hari yang damai tanpa peristiwa yang spesial.

 

“Karena itulah akan sangat aneh jika aku tidak sedang tertidur di kamarku!”

Akan tetapi aku malah berada 'disini', Lagian  'ini' dimana?

Aku berada di ruangan yang gelap— Aku mencoba meraba-raba bagian di sekitar lantai dan dinding, Dan aku menyadari bahwa aku berada di sebuah ruangan di suatu tempat. Namun, Di sekitar dinding hitam, Aku melihat cahaya temaram seperti bintang terlihat mengambang di beberapa tempat. Karenanya, Aku terjatuh dalam ilusi bahwa aku berada di tengah langit malam.

Jelas ini bukanlah kamarku. Disini tak ada furnitur sama sekali. Bahkan pintu keluar pun tak ada.

Bersandar di sudut ruangan, mencoba mengingat kembali hari ini, aku merenung memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi, Lalu disaat itu—

[Kau cukup tenang juga, ya]

“?!”

Suara? Tapi saat aku melihat sekeliling, aku tidak melihat ada tanda-tanda orang lain, bahkan aku tidak melihat adanya perubahan di ruangan itu.

[Tidak menjerit ataupun berteriak, melainkan menjelajahi lingkungan sekitar lalu duduk di sudut ruangan untuk mencoba memahami situasi tanpa menurunkan kewaspadaan.]

Lanjut suara itu. Itu adalah suara yang rendah seperti orang tua yang sedang berbicara. Dan sepertinya dia tidak berniat memperkenalkan dirinya sendiri.

“Siapa kau?”

[Bila Kami bilang Dewa, Akankah kau percaya?]

{Kami sama seperti aku merupakan kata ganti orang pertama/yang berbicara (pluralis majestatis) untuk mengungkapkan suasana yang agung atau mulia.}

 

“Tidak mungkin.”

Ngomong apaan sih ni orang!?

[Itu sangat disayangkan. Mungkin kau sudah mengetahuinya, tapi, saat ini Kami akan mengirimmu ke dunia lain. Ngomong-ngomong, ini adalah perjalanan satu arah jadi kau takkan bisa kembali ke dunia asalmu.]

“Oioioioioi!!!”

Hal bodoh apa yang dia katakan dengan santainya?

[Perihal apa yang harus kau lakukan disana, Kau bisa menanyakannya pada pihak yang bertanggung jawab disana. Baiklah terakhir, Sebagai bukti bahwa kau sudah memahami dan menerima situasi ini, Berikan tanda tanganmu....]

"MANA BISA AKU MELAKUKANNYAAA!!"

Seperti yang diharapkan, Nada bicaraku menjadi kasar. Wajarlah, Lagian aku sama sekali tidak paham apa yang dia maksud!

[Oya, Kau tidak mau? Anehnya.... Kami dengar kau sudah mendengar ceritanya.]

Pemilik suara itu terdengar bermasalah, dan suaranya melemah di akhir kalimatnya.

Aku sudah mendengar ceritanya!? Candaan juga ada batasnya!!!

“Aku tidak pernah mendengar cerita seperti itu! Dengar ya! Lagian orang bodoh mana coba yang percaya saat diberitahu tentang dunia lain!? Justru malah lebih aneh kalau ada orang yang percaya dengan cerita seperti itu!”

Aku berteriak dengan segenap tenagaku.

[Hm, Sepertinya itu bukan kau. Kami sudah melakukan sesuatu yang buruk, Kami minta maaf.]

“Hei… Jangan cuma minta maaf, Kau akan mengembalikanku ke rumahku, kan!?”

[Tentu.]

Suara itu menjawab seperti itu.

Untuk saat ini, Sepertinya dia orang yang bisa diajak bicara. Kan gak lucu kalau dia bilang 'Mustahil' atau 'Yah, Pokoknya berjuanglah' lalu membuangku begitu saja.

Atau mungkin dia bilang 'Kau sudah mati~' tanpa mau mendengar protesku, dan mereinkarnasikanku ke dunia lain. Eh tapi, Kuingat dengan jelas sebelum tertidur aku masih hidup. Jadi kemungkinan pola itu kecil, ya…

Syukurlah~

[Yah, Kami benar-benar minta maaf... Tapi, Itu berarti kakak atau adik perempuanmu, ya.]

...Kutarik kembali ucapanku. Orang ini barusan mengatakan sesuatu yang tidak bisa dianggap lelucon. Walau itu terdengar seperti gumaman, Tapi itu dengan jelas terdengar oleh telingaku.

“Woi, Apa yang barusan kau katakan?”

[Hm? Kalau bukan kau orangnya itu berarti salah satu di antara saudarimu yang sudah mendengar ceritanya—]

“Gak mungkinlah! Awas saja kalau kau sampai menyentuh Nee-san atau Mari, Aku tidak akan mengampunimu!”

Memang benar aku mempunyai dua saudari. Yukiko-nee-san yang tiga tahun lebih tua dariku dan Mari yang dua tahun lebih muda dariku.

Tapi hari ini tingkah keduanya tidak ada yang berubah. Aku tidak berpikir mereka sudah diceritakan tentang situasi yang tidak biasa seperti ini.

Dia mau mengambil salah satu dari mereka untuk menggantikanku? Jangan bercanda.

[Tapi, Kau adalah putra tertua keluarga Misumi, Misumi Makoto-kun, kan?]

“Kenapa kau bisa tahu namaku?”

[Anak-anak dari keluarga Misumi sudah mendengar cerita itu, Itulah yang diberitahukan pada Kami ?]

Suara itu terdengar tambah bermasalah dari sebelumnya. Walau dia sudah seenaknya menculikku, tapi dia masih mencoba menghormati keinginanku. Aku jadi sedikit terkesan.

Baiklah, Untuk sekarang mari tenangkan diri dulu. Oh iya, aku bahkan belum mengetahui namanya.

“Hei. Untuk saat ini, Bisakah kau memberitahu namamu?”

[Ooh benar juga. Kami minta maaf karena tidak memperkenalkan diri. Kami biasa dipanggil Tsukuyomi.]

“Oh Tsukuyomi, ya. Tsukuyomi... EH jangan-jangan, Tsukuyomi yang itu?!”

[Oya, Kau tahu? Rupanya wawasanmu cukup luas.]

“Salah satu dari Tiga Dewa Shinto, Tsukuyomi no Mikoto yang 'itu'?!”

[Oooh, Itu benar. Dibandingkan dengan dua lainnya, Kami adalah sosok kecil.]

Memang benar sih, Tapi tetap saja itu nama besar. Aku menyukai mitos dan sejarah (meski hanya sedikit), itu sebabnya, kalau pemilik suara itu benar-benar Tsukuyomi-sama yang asli, maka itu adalah sosok yang besar.

“Tapi kenapa Tsukuyomi-sama bisa sampai mengetahui keluarga Hamba ?”

{Di raw jepangnya si Makoto merubah katanya menjadi waga dan karena disini dia bersikap merendah jadi kata aku kuganti jadi Hamba}

 

[… Sepertinya kau benar-benar tidak tahu apa-apa, ya. Baiklah, Kami akan menceritakannya dari awal.]

Dan begitulah, Tsukuyomi-sama mulai menjelaskan garis besarnya dengan baik. Aku merasa bak disambar petir saat mendengarnya— Ringkasnya seperti ini...

Sepertinya orang tuaku datang ke Jepang dari dunia lain. Belum apa-apa sudah tidak masuk akal ceritanya, Tapi dengan kata lain mereka adalah mantan penduduk dunia lain.

Kalau diingat kembali, Sejak masih kecil aku tidak pernah bertemu dengan kerabatku. Mereka bilang kakek dan nenekku meninggal sebelum aku lahir dan hubungan dengan kerabat yang lainpun terputus. Sampai saat ini aku percaya saja dengan itu, Tapi tidak kusangka ternyata karena ini alasannya.

Saat di dunia lain, karena suatu takdir, Mereka membuat sebuah kesepakatan dengan dewa disana. 'Suatu hari Kami akan mengambil satu hal penting dari kalian' dan itulah yang tampaknya telah membawaku pada situasi ini.

Apa dia itu Dewa Jahat?! Apa-apaan dengan kesepakatan yang mengerikan itu!? Mereka sama sekali tidak pernah bercerita tentang dunia lain padaku!

Tapi tampaknya orang tuaku begitu putus asa hingga mereka menyetujui kesepakatan itu.

Dan bila diingat kembali Kakak perempuanku, Adik perempuanku, dan juga aku. Kami bertiga diajari segala macam pekerjaan rumah tangga, Selain itu mereka juga memaksa kami untuk mempelajari suatu ilmu bela diri. Tapi siapa sangka bahwa itu semua adalah persiapan agar kelak kami bisa hidup mandiri kapan saja!?

Tapi, Ayah, Ibu. Apa panahanku... masih termasuk ilmu bela diri? Kupikir itu sedikit berbeda. Yah, Karena tubuhku lemah jadi kurasa apa boleh buat.

Apa mungkin Ayah menjadi seorang penulis yang mengkhususkan diri dalam membuat novel fantasi yang sangat realistis, karena dia sendiri benar-benar pernah mengalami dunia itu!? Penggambaran tentang rasa Steak Naga itu dan bagian saat dia menjabarkan kenyamanan di kandang kuda yang sangat terasa. Padahal kupikir semua itu diambil dari referensi game retro.

Dunia yang akan kutuju sekarang adalah dunia yang biasa kulihat di karya-karya ayahku, Sebuah dunia dimana kau bisa menikmati kehidupan fantasi dengan pedang dan sihir.

Dan karena itulah, Seseorang harus pergi kesana. Namun, Untungnya, Sepertinya aku akan dikirim dalam kondisi yang luar biasa dalam hal kemampuan. Tampaknya karena banyaknya beban disini, Biasanya orang yang dikirim kesana akan menjadi manusia super.

Dari apa yang Tsukuyomi-sama katakan, tampaknya hanya dengan hidup di duniaku adalah hal yang luar biasa.

Contohnya, Sumber energi untuk mewujudkan sihir yang mana hanyalah sebuah ilusi bagi kita, Kekuatan sihir. Tampaknya, Pada awalnya, Setiap manusia memiliki Kekuatan sihir di dalam diri mereka.

Namun, Dikatakan karena tekanan yang dipancarkan terus-menerus dari luar ke bumi, Membuat kekuatan sihir jadi tersegel jauh di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, kebanyakan orang yang hidup di dunia ini bahkan tidak dapat merasakan kekuatan sihir. Meski begitu, Ada segelintir orang yang mampu melihat kekuatan dalam diri mereka, mematahkan tekanan, dan mengembangkan kekuatan paranormal.

Demikian pula dengan fisik, Di bumi terdapat sebuah beban yang sangat berat seolah-olah berada dibawah supergravitasi. Karena itulah, Sebenarnya bumi adalah tempat yang keras. Aku tidak tahu itu.

Dunia yang tandus dimana perlindungan ilahi maupun berkah dari pihak-pihak yang disebut dewa sulit dijangkau. Itulah dunia yang sampai hari ini kutinggali. Oleh karena itu, Dengan terbebasnya aku dari segala macam beban dan tekanan itu, Di dunia lain itu aku akan menjadi orang yang kuat dalam hal kekuatan sihir maupun fisik.

Sungguh kualitas hidup yang luar biasa, Padahal aku hanya menjalani hidup dengan normal.

Namun, Meski aku menjadi manusia super disana, Itu hanya seperti melepas pakaian yang sangat berat dan melepaskan kekuatanku, Bukan berati aku akan jadi abadi, jadi aku akan mati secara normal, Atau begitulah yang dikatakan Tsukuyomi-sama.

 

“Yah~ Hamba benar-benar minta maaf karena telah membentakmu. Sepertinya kamu mengalami hal yang berat juga, Tsukuyomi-sama.”

Di tengah mendengarkan ceritanya, Tanpa sadar kami mulai membicarakan tentang keadaan keluarga kami masing-masing. Yah, Kurasa Tsukuyomi-sama juga mengalami kesulitan yang sama denganku, yang terjepit diantara kakak dan adik yang luar biasa. Dia sampai mengeluh padaku yang merupakan orang yang baru pertama kali ditemuinya, Sepertinya itu benar-benar sulit baginya.

[Yah~ Tidak disangka kau bisa memahaminya! Sudah berapa ratus tahun sejak terakhir kali Kami merasakan perasaan selega ini... Tapi bila harus dikatakan, Makoto-dono juga pasti sulit, ya.]

Tsukuyomi-sama juga memahami perasaan sulitku yang berada di antara para saudariku. Sungguh aku memiliki banyak kekhawatiran, ketika aku terjepit di antara kakak dan adik perempuanku...

Tidak peduli seberapa banyakpun orang yang bilang iri padaku karena memiliki Kakak yang cantik dan Adik yang imut, Tapi mereka tetaplah saudari kandungku. Malah justru orang-orang yang iri itu yang membuatku kesal. Dan “orang” yang mengerti semua kesulitanku itu adalah Tsukuyomi-sama.

Biar kutegaskan, Bila ada agama yang hanya menyembah pada Tsukuyomi no Mikoto, Maka aku akan langsung memasukinya! Tsukuyomi-sama banzai!



Bagaimana? Apa sudah enak untuk dibaca kalimatnya?
Kalau ada kalimat atau kata yang mengganggu atau tidak dimengerti silahkan tanyakan saja lewat kolom komentar.
Selain pertanyaan kalian juga bisa memberikan kritik dan saran di kolom komentar.
Oke Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di chapter berikutnya.



Ch. Sebelumnya         -  Daftar Chapter  -         Ch. Selanjutnya