Tsuki ga Michibiku Isekai Douchuu Chapter 221


Chapter 221: Detail-detail kecil tidak penting


Gerbang terbuka.
Pola marmer yang sangat berwarna yang tidak baik bagi mata dan ruang aneh terlihat.
Lalu apa?
Tanpa mempedulikannya, aku mengangkat tangan kiriku.
Aku membuat panah dengan kekuatan sihir yang mengelilingi gerbang, dan menembaknya.
Targetnya besar, jadi tidak perlu membidik.
Tentunya, anak panah menghantam ruang aneh dan gerbang.
“Tidak hanya kau besar, kau juga tidak bisa bergerak? Untuk seseorang yang berbicara sombong, Kau— Otto. "(Makoto)
Anak panahku dikembalikan.
Yang mengenai pola marmer ya.
Hmph~, jadi itu memiliki kekuatan semacam itu.
Sejumlah anak panah yang mengenai ruang aneh itu lintasan mereka melenceng.
Ini adalah gerbang, sehingga memiliki spesialisasi yang bahkan kuharapkan.
Ini mungkin bukan individu yang bisa bertarung sendiri.
Sambil menyapu panah yang dibelokkan ke arahku, aku mengamati bentuknya.
Aku tidak perlu khawatir tentang Tomoe dan Shiki.
Keduanya seharusnya tidak memiliki masalah dalam melindungi diri mereka.
Dan pada saat ini, hal-hal semacam itu tidak penting.
"Kau gerbang yang cukup kokoh." (Makoto)
“Ini membuatku mempertanyakan kewarasanmu, Misumi Makoto. Kau, Apa kau benar-benar berniat bertaung melawanku? "(Samal)
Gerbang itu tidak tergores sedikitpun.
"Bertarung? Tidak mungkin.'' (Makoto)
"Lalu apa maksud serangan yang barusan." (Samal)
“Ah, bukan itu maksudku. Itu mungkin bahkan tidak akan dihitung sebagai pertarungan. Itulah yang kupikirkan. "(Makoto)
Pikiranku menjadi lebih dingin dan ini terasa nyaman.
Kebingungan yang kurasakan pada saat pertarungan melawan Io tidak ada sekarang dan semuanya menghilang dalam kesempatan ini.

Aku melihat musuhku, melakukan tindakan selanjutnya, dan kemudian mengalahkannya.
“Keangkuhan, Kesombongan; Kau adalah representasi dari itu. Benar-benar bodoh. "(Samal)
Hm?
Sesuatu keluar dari Samal.
Mamono?
“Kau bahkan tidak bisa bertarung sendiri? Siapa yang bodoh disini? ”(Makoto)
Hal-hal yang terlihat aneh keluar berturut-turut dari gerbang.
Tapi... semuanya lemah.
Itu berada di level puncak yang terlemah di gurun.
Jika hanya beberapa dari mereka, Party Toa akan dapat menangani mereka tanpa masalah.
Yah, sudah ada puluhan yang keluar dari gerbang, jadi kota normal akan hancur.
Tapi ini Asora, dan yang ada disini bukan petualang melainkan kami.
Kita tidak berada di kota normal, jadi anggapan ini sama sekali tidak ada gunanya.
Aku akan menembak mereka semua sampai mati.
Untuk beberapa alasan misterius, Aku tahu di mana harus menembak mereka untuk membunuh mereka.
Saat aku berpikir ini adalah permainan yang mudah...
"...Shiki ya." (Makoto)
"Apa aku melakukan hal yang tidak diperlukan." (Shiki)
"...Tidak." (Makoto)
Aku berencana menembak Headshoot mereka semua, Tapi mereka tiba-tiba jatuh dengan sendirinya.
Aku segera mengerti alasannya.
Cincin Shiki.
Aktivasi Niflheim yang dapat digunakan dalam skala luas.
Jika digunakan sambil menahannya, itu hanya akan melemahkan mereka, Tapi jika tidak menahannya, itu bisa mengeringkan kehidupan itu sendiri.
Ada perbedaan antar individu, Tapi mamono yang mencoba menyerang kami musnah tanpa kecuali.
“Jadi setidaknya kau memiliki kekuatan untuk memanggilku ya.” (Samal)
Masih ada ketenangan dalam kata-kata Samal.
Yah, mereka keluar tanpa tanda-tanda berhenti, jadi dia mungkin mencoba mendorong dengan angka.
Dari dalam kelompok, ada yang berbentuk humanoid, Elf, orang-orang yang telihat seperti Dwarf, dan orang-orang seperti manusia yang bersenjata juga.
Mengingat manusia adalah ras yang sangat langka, Jadi kupikir itu adalah makhluk yang menyerupai mereka, Tapi itu tidak masalah.
Jika mereka mendekati kita, mereka hanya akan mati dalam kabut Shiki -Niflheim.
Jika mereka melewati batas Niflheim, aku bisa menembak mereka dengan panah.
Ini benar-benar metode sederhana tanpa perlu khawatir tentang apa pun.
Itu bagus.
Baiklah, mari kita membidik dengan baik kali ini.
"Busur? Apa hal yang tidak pantas untuk digunakan dari banyak pilihan yang kau miliki untuk senjata. "(Samal)
“...Kau benar-benar pandai membuatku kesal. Hampir seperti Dewi. "(Makoto)
Mengambil ancang-ancang dengan Azusa, Aku mendengar kata-kata Samal.
Serius, aku merasa seperti sedang melakukan latihan untuk saat ketika aku benar-benar melawan Dewi.
Berpikir untuk membungkamnya sedikit, Aku mengarahkan ke pada bagian bertopeng dan berkonsentrasi.
Dan seperti itu, Aku menembak.
"!!"
Anak panahku, yang menjadi semakin lebih cepat semenjak datang ke dunia ini, mengenai topengnya dan menembusnya.
Bukan seolah-olah kekuatannya itu sebanding dengan kecepatannya, Tapi itu bukan masalah meski itu lebih cepat.
Ini benar-benar ramah.
Lubang besar dibuat tepat di tengah topeng dan pecah.
"Seperti yang kukatakan, menjadi sedikit lebih tenang." (Makoto)
Aku berbicara dengan topeng yang meregenerasi dengan kecepatan tinggi seolah berusaha menutupi kerusakan.
Sementara itu, Aku menembakkan beberapa tembakan lagi.
Setiap tembakan mampu mengenai Samal, Tapi semuanya disembuhkan.
Apa dia memiliki statistik yang lebih baik di poin lain untuk mengimbangi dirinya yang tidak bisa bergerak?
Maka aku harus menemukan titik citalnya.
Aku menurunkan Azusa untuk sekarang dan mengaktifkan [Sakai], pada saat yang sama, Aku berkonsentrasi dan mengamati Samal.
“... Oh. Kau memiliki satu kartu tersembunyi yang menarik. "(Makoto)
"Binasalah." (Samal)
Sementara aku melakukan itu, Aku benar-benar terkejut ​​pada apa yang keluar dari gerbang yang terbuka
Ini sedikit... menarik.
“Yah, kau pindah dari dunia ke dunia, jadi sudah pasti kam akan mengambil banyak hal dari berbagai tempat ya. Kau sepertinya memiliki spesialisasi dalam hal itu. ”(Makoto)
Mamono dan hal acak lainnya yang keluar tampaknya tidak memiliki keseragaman.
Aku anehnya tidak merasa takut.
Itu karena aku tahu itu bukan ancaman bagiku.
Aku pikir itu adalah rudal.
Aku tidak tahu seberapa kuat daya ledaknya.
Tapi, Untuk beberapa alasan, Aku yakin itu: ini bukan sesuatu yang bisa membunuhku.
Pada saat yang sama ketika Samal berbicara, sesuatu yang sangat besar dan biru yang hanya bisa disebut senjata keluar pada jarak dekat hanya beberapa puluh meter dan diarahkan padaku.
Tentu saja, Aku sudah memiliki beberapa cara untuk menghentikannya.
"...Kali ini Tomoe ya." (Makoto)
“Ini mungkin bukan masalah, Tapi ini bukan sesuatu yang hanya bisa aku tonton. Maaf sudah mengganggu. "(Tomoe)
"Tidak apa-apa." (Makoto)
Menyadari taktik Tomoe dan memastikannya, dia siap mengakui akan mengganggu.
Beberapa rudal, yang menuju langsung pada kami, melewati kami, dan setelah maju sedikit, mereka menghilang seperti kabut.
Tadinya aku berpikir untuk menghentikannya dengan lengan Magic Armor.
"Kau bajingan ... Mungkinkah kau bisa keilahian?" (Samal)
Samal mengeluarkan mamono secara terus menerus, Tapi akhirnya dia menyadari gunungan besar mayat yang bodoh.
Bahkan ketika mereka mencoba memanjatnya, mereka mati, dan bahkan jika mereka bisa melewatinya, mereka jatuh dan mati.
Yah, Itu sudah menjadi gunung semu sekarang.
"Keilahian? Aku tidak tahu tentang itu. "(Makoto)
Niflheim Shiki dan Realita Ilusi Murni Tomoe..
Hah...
Jadi hanya ini yang diperlukan?
Aku tidak tahu tentang keilahian yang dia bicarakan, tapi jujur saja, aku tidak tertarik untuk menghancurkannya.
“Fuh… tidak mungkin. Mereka semua teknik yang menarik, Tapi jika itu hanya satu talenta, ada banyak orang yang telah mendapatkan teknik yang telah mencapai tingkat keilahian. "(Samal)
“... Waka, ada gangguan di ruang sekitarnya.” (Tomoe)
Sebelum pemberitahuan Tomoe, Aku sudah menyadarinya.
Bukan hanya dari gerbang; sepertinya dia bisa memasukkan beberapa trik dalam pemanggilannya juga.
Jadi dia memang memiliki metode serangan utama ya.
Meskipun itu tidak akan menimbulkan banyak dampak jika lawan menyadarinya sebelum aktivasi dimulai.
“Lumayan juga kau bisa menyadarinya. Biasanya akan sulit untuk melihatnya; tarian senjata yang meriah. Tapi sudah terlambat bahkan jika kau sudah menyadarinya. "(Samal)
"Aku mengerti. Rudal jauh lebih baik dari ini. Jadi kali ini hanya tiruan dari Sofia? ”(Makoto)
Dengan salah satu dari mereka muncul di belakangku sebagai permulaan, Senjata barat, dan orient zaman kuno dan modern muncul berturut-turut di sekitarnya.
Pemandangan ini sangat mirip dengan apa yang Dragon Slayer Sofia, yang memiliki kontrak dengan Blade Dragon Lancer, Yang pernah kulihat sekali.
Kekuatan di baliknya mungkin berbeda.
Sebenarnya, itu mungkin mantra yang benar-benar berbeda.
Tapi tidak ada cara bagiku untuk mengetahui detailnya.
"Bahkan jika kalian bajingan dapat menghapus rudal, kalian tidak akan bisa menghadapi pedang yang memiliki pemahaman para ahli—?!" (Samal)
“Senjata yang tidak memiliki pengguna; tidak peduli berapa banyak jumlahnya, tidak ada gunanya. Aku tidak tahu tentang 'pemahaman' yang kau bicarakan, Tapi seorang ahli yang ada jauh lebih menakutkan daripada ini. Tidak peduli seberapa besar performanya, tidak peduli apa legenda dari mahakarya ini... nilai-nilai mereka yang sebenarnya tidak keluar kecuali itu datang dalam satu set dengan tuan mereka. ”(Makoto)
Dan jika itu adalah pengulangan, itu lebih banyak terjadi.
Ada 108 -tidak, 112 ya.
Jadi itu bukan jumlah yang sama dengan keinginan duniawi ya.
Sangat dekat.
Jumlahnya tidak banyak. Aku mengunci semuanya dalam gambaran tembakanku.
Aku mengangkat Azusa dan mengambil ancang-ancang.
Segerombolan senjata yang bergerak secara bersamaan...
"Menghilang." (Makoto)
"..."
Aku bisa tahu bahwa Tomoe dan Shiki menahan nafas mereka. Ini adalah sesuatu yang terjadi setelah aku menghancurkan ratusan atau lebih senjata.
Aku hanya sekali menembak.
Dengan bidikanku pada target, garis-garis cahaya yang bercabang dari tanganku telah menusuk mereka semua.
Berakhir.
"... Aku adalah Dewa, kau tahu." (Samal)
“Itu hanya gertakan, kan? Aku tahu beberapa orang lain yang bukan Dewa dan masih lebih kuat darimu. "(Makoto)
"Aku tidak akan berbohong." (Samal)
"Lalu, Ternyata ada juga Dewa yang lemah ya." (Makoto)
Aku menemukan beberapa tempat yang kemungkinan adalah titik vitalnya.
Aku mencoba menembak salah satunya, yang terletak di bagian bawah.
"?!!"
Haha, Regenerasinya jelas lebih lambat.
Jadi itu benar-benar salah satu titik vitalnya ya.
Lalu, yang berikutnya .
“Aku telah hidup lama, memperoleh kemauan, dan memperoleh status Dewa. Sedikit lagi, dan aku akan mampu menjangkau lebih jauh… ”(Samal)
Di luar bingkai, dari lokasiku, di bahu kiri, 7 sentimeter dan 2 milimeter di bagian dalam.
"Sayang sekali kalau begitu." (Makoto)
Aku bisa merasakan bahwa Samal kesakitan.
Pasti ada kerusakan.
Regenerasinya jelas lebih lambat daripada di bagian lain.
Tingkat kemunculan mamono dan hal-hal lain juga melambat.
Kami telah mencegat mereka dengan Niflheim Shiki dan tembakanku, jadi bahkan jika itu tidak melambat, tidak akan ada masalah sama sekali.
Dari sudut pandangku, aku tidak bisa melihat gambaran lengkap Samal dengan semua rongsokan dan mayat ini, tapi itu tidak ada artinya.
Selama aku tahu dia ada di sana, itu sudah cukup.
"... Ada yang aneh-?!!" (Samal)
Penonjolan di sisi kanan bagian atas topeng.
Tempat itu juga ya.
Mungkin semua tempat yang kutemukan semuanya benar?
Jadi mereka bukan tipe yang membuat kematian instan ya. Ini adalah rasa sakit yang sepertinya masih baik-baik saja.
Aku menembak ketika dia sedang berbicara, jadi kata-katanya terputus.
"Ada yang aneh?"
Tidak ada yang aneh.
Apa yang orang ini katakan?
"Tidak juga. Tidak ada yang aneh. Kau hanya tidak sedap dipandang. Aku bertanya-tanya tentang apa yang akan kau lakukan- menjadi besar dan semua - tetapi satu-satunya hal yang kau lakukan hanyalah mengeluarkan hal-hal dari gerbangmu. Selain itu, mereka semua lemah. "(Makoto)
Pintu gerbang kiri, perlengkapan logam atas pegangan.
Pintu gerbang kanan, dua titik di bingkai.
Aku terus menembaki mereka.
"?!!!! Lalu!! Kenapa kau tersenyum tipis? Di tengah pertarungan!!”(Samal)
“Sepertinya kau masih salah paham tentang sesuatu? Bukankah aku sudah bilang di awal? Ini bukan pertarungan; ini hanya menginjak-injak. "(Makoto)
Jadi aku tersenyum ya.

Meski tidak ada sesuatu yang menyenangkan.
"... Tomoe, Shiki. Apa aku tersenyum?" (Makoto)
"Ya. Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini. ”(Tomoe)
"Aku juga... Ini pertama kalinya aku melihat Waka-sama tersenyum tipis sambil mempersiapkan busurmu." (Shiki)
"Aku mengerti. Meski aku tidak senang melainkan marah. Aku akan berhati-hati. '' (Makoto)
Sadar akan mulut dan mataku, aku ingat untuk membuatnya tetap tanpa emosi.
Jika itu tidak disadari, itu mungkin kebiasaanku, Tapi itu kebiasaan yang aneh.
Mari berhati-hati.
Ini mungkin alasan yang membuat Tomoe dan Shiki mundur.
“Kau bilang aku tidak sedap dipandang dan lemah? Aku lahir sebagai alat sihir yang luar biasa! Setelah beberapa ratus tahun, Aku mendapat kehendak! Jiwa yang dikumpulkan sebagai eksistensi yang menghubungkan dunia! Dan akhirnya aku bisa mendapatkan status Dewa! Dan kau menyebutku tidak enak dilihat dan lemah?! ”(Samal)
Status Dewa.
Keilahian.
Hah...
Jadi itulah yang dia maksud dengan 'keilahian' ya.
Aku tidak tahu apa bedanya itu dengan Dewa, tapi yah, tidak apa-apa.
Dalam hal ini, pria ini singkatnya...
“... Heh. Bahkan kalau kau mengatakan bahwa kau adalah Dewa, Kau hanyalah objek yang mendapatkan kehendak? ”(Makoto)

“Apa-apaan tawa itu? Kau sendiri bajingan hanyalah manusia biasa. "(Samal)
“Dan kau akan kalah dari manusia biasa itu. Maaf tapi, dalam pandanganku, Kau bukan Dewa, melainkan tidak lebih dari *Youkai*. Kalau aku harus memilih, Aku akan mengklasifikasikanmu sebagai mamono. "(Makoto)
"Sungguh Penghinaan." (Samal)
Karena kau tahu, ketika kau berbicara tentang objek yang mendapatkan kehendak, bukankah itu Youkai?
Dalam perspektifku, dia tidak terasa seperti Dewa.
Namun, Aku suka ide dasar dari alat yang mendapatkan kehendak setelah dihargai untuk waktu yang lama atau diperlakukan dengan kasar.
Itu sebabnya aku memperlakukan alatku dengan hati-hati.
Orang yang disebut Samal ini mungkin lahir dari hasil salah satu dari itu.
Aku tidak akan berpikir tentang menghargai orang ini sama sekali.
Aku lebih memilih untuk merusaknya.
“Kau menuntut seribu nyawa, jadi mengklasifikasikanmu sebagai monster sudah cukup. Kau tahu, setelah disebut monster berkali-kali, Nanti kau juga akan terbiasa. Itu tidak mencekik seperti dipanggil Dewa, dan di tempat pertama, itu cocok untukmu. ”(Makoto)
“Tidak bisa dimaafkan. Aku pasti tidak akan memaafkanmu."(Samal)
“Hahaha, kebetulan sekali. Aku juga merasakan hal yang sama."(Makoto)
Dari bawah topeng, 3 milimeter pada kontur daerah dagu.
"...Bodoh." (Samal)
Meskipun dia telah tertembak hingga tidak dapat berbicara dengan benar, dia masih cukup energik untuk meneruskan ceramahnya yang kurang ajar.
Dia sudah rusak di sana-sini, dan dia masih memiliki keberanian.
"...Mungkinkah... tidak mungkin." (Tomoe)
“Ada apa, Tomoe?” (Makoto)
Aku mendengar kata-kata kejutan dari arah yang tidak terduga.
“Ini adalah ruang Waka dan aku. Meskipun tidak ada dari kami yang memberi izin... tidak mungkin dia bisa mundur. Apa itu adalah karakteristik khususnya? '' (Tomoe)
“Jadi kau berniat melarikan diri. Jadi itu bukan kata-kata kasar tapi kata-kata untuk mundur. "(Makoto)
Agar dia tetap di sini, Tomoe dan aku telah melarang keluar dan masuk apa pun.
Namun, dari apa yang Tomoe katakan, sepertinya orang ini berniat melarikan diri.
“Tidak mungkin aku akan membiarkan diriku dikalahkan oleh bajingan sepertimu. Pada hari aku mendapat posisi yang pantas untukku, Aku akan merayakannya dengan membantai dunia ini bersama kalian semua. ”(Samal)
“Waka, Pria ini akan melarikan diri. Aku tidak bisa menghentikan gangguannya pada ruang! ”(Tomoe)
Apa karena dia adalah eksistensi seperti Dewa yang terspesialisasi dalam manipulasi ruang?
Apa ada posisi yang lebih tinggi dari Dewa?
Sepertinya Samal berpikir bahwa posisi itu adalah posisi yang benar-benar layak untuknya, jadi mungkin memang ada.
Jika itu masalahnya, mungkin ada perbedaan antara mendapatkan tempat sebagai Dewa dan benar-benar menjadi itu?
Seperti halnya dia berkata pada dirinya sendiri: 'jika hanya dalam satu talenta, sudah ada orang yang bisa meniru kelas Dewa', jadi tidak aneh bagi Samal sendiri untuk dapat mencapai prestasi seperti ini dalam hal teleportasi.
Akan sulit untuk membuatnya di dalam Asora dengan paksa atau menghalangi dia masuk.
Tapi mendengar suara gelisah dan gugup Tomoe agak jarang.
Dia sedikit mendinginkanku.
Kebisingan yang tidak perlu telah bercampur dalam pikiranku.
Emosi adalah penghalang bagi tujuanku untuk menghancurkan Samal.
Hah...
“Aku telah menyimpan tempat ini dalam ingatanku. Kau, budakmu, duniamu, dan keluargamu yang hidup di dunia asal; suatu hari, Aku pasti akan—"(Samal)
“Aku pasti tidak akan membiarkanmu melarikan diri. Itulah yang telah kuputuskan.”(Makoto)
"?!"
Mantel berwarna merah benar-benar cepat dan berguna seperti yang diharapkan.
Aku bisa menyeberangi gunungan mayat dan tiba pada jarak yang cukup dekat untuk menyentuh Samal.
Tidak perlu menyembunyikannya, Jadi aku mengaktifkan Magic Armor dalam keadaan yang terlihat dan memberinya pukulan sebagai salam.
Ada respon normal darinya.
Itu bukan titik vital, jadi pemulihannya cepat, Tapi bukan berarti tidak ada kerusakan sama sekali.
"Kekuatan itu... kau memanggilku monster, tapi kaulah yang monster." (Samal)
"Kau menyebut dirimu sendiri Dewa, kau seharusnya tidak lari dari manusia biasa." (Makoto)
"Jangan berbicara lebih jauh dengan ekspresi tidak menyenangkanmu itu, Monster." (Samal)
“Apa aku tersenyum lagi? Sepertinya itu memang kebiasaan. Maaf soal itu. Hm? "(Makoto)
Perasaan memegang Samal memudar dengan cepat.
Jadi dia benar-benar berencana melarikan diri.
Kupikir dia akan menggunakan ruang aneh itu untuk melarikan diri, Tapi ketika aku memikirkannya, itu akan aneh.
Dia adalah gerbang yang dibuka ke tempat lain, dan bagi Samal sendiri untuk memasuki pintu-pintu itu akan bertentangan dengan fungsinya.
Karena Samal sendiri adalah gerbangnya.
Seluruh gerbang perlahan menjadi transparan.
Pada saat yang sama, kehadiran Samal semakin menipis.
“Bukan hanya aku, Kau bahkan berencana untuk meletakkan tanganmu pada keluarga dan teman-temanku; Apa kau pikir aku akan membiarkan orang seperti itu melarikan diri?"(Makoto)
Jika begitu, dia adalah orang yang sangat bodoh.
Aku sudah mengambil banyak nyawa.
Aku siap untuk pembalasan yang mungkin akan datang padaku dan lingkunganku.
Tapi aku pasti tidak akan menutup mata dan hanya menunggu itu terjadi.
Tentu saja, momen ini termasuk kategori itu.
“Bahkan jika kau tidak mengizinkanku pergi, tidak ada yang bisa kau lakukan. Di ruangku tinggal di mana jarak dan waktu tidak ada, Kau pikir kau akan dapat menangkapku? Kau akan membutuhkan setidaknya pengetahuan mendalam dalam manipulasi ruang. Kau bahkan tidak memiliki apa yang diperlukan untuk memanggilku. Sampai jumpa. "(Samal)
Samal, yang praktis sudah transparan, mengatakan kata-kata perpisahannya.
Magic Armor tidak bisa menahan tubuh Samal lagi.
Maka aku akan menggunakan Sakai.
Serangan tidak akan datang dari Samal lagi.
Atau lebih seperti, dia praktis sudah pergi.
Aku mencari jejak keberadaan Samal... dan menemukannya.
"Sudah kubilang... Aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri." (Makoto)
Aku menemukan ruang terbuka di tempat Samal berada.
Aku bisa melihat bahwa itu menutup dengan cara yang tidak wajar seperti ketika seseorang menjahit luka.
Itu kembali ke keadaan semula, dan ruang sudah membaik dengan sendirinya.     
Aku membayangkan lenganku yang kupikirkan tentang memanfaatkan untuk mengangkut magma.
Sama seperti yang aku bayangkan, kedua lengan itu muncul di kedua sisi tubuhku.
Aku tidak benar-benar meminta siapa pun untuk memberi mereka perawatan, tetapi mereka memberikan kilau menyilaukan tanpa cela.
"Waka, dia sudah..." (Tomoe)
“Aku tidak berpikir ini sudah terlambat. Karena itu, tetaplah di sana dan saksikan.”(Makoto)
Tomoe mengeluarkan kata-kata yang memberitahukan bahwa Samal telah meninggalkan Asora.
Tapi aku tidak berpikir seperti itu sama sekali.
'Ini masih baik-baik saja', Aku dan kekuatanku berpikir demikian.
Aku mendorong lengan perak ke luka di ruang.
Lengan yang menabrak keretakan itu berjuang melawan ruang yang mencoba untuk kembali ke semula, dan mereka gemetar saat mereka dengan paksa mencoba untuk memisahkannya.
"Mungkinkah, Kau menemukan jejak ke mana dia melarikan diri..." (Tomoe)  
“Dan kau akan mengejarnya?” (Shiki)
Tomoe dan Shiki memprediksi langkah selanjutnya dari tontonan yang mereka lihat.
Salah.
Aku tidak punya niat mengejarnya kemanapun dia pergi.
Aku hanya akan menyeretnya kembali ke sini- ke Asora.
Pembukaan ruang perlahan-lahan merobek.
“...Sekarang, kau bisa melakukannya, kan? Hancurkan segala jenis halangan; itulah yang kubayangkan dalam dirimu ketika aku menciptakanmu. Jika kau benar-benar ciptaanku, Kau harus bisa merobek ruang tertutup ini. "(Makoto)
Seakan dipengaruhi kehendakku, lengannya tumbuh jauh lebih kuat dan ruang retak dengan cara yang tidak alami.
Kekuatan senjata perak untuk membuka luka ruang lebih kuat dari kekuatan penyembuhan ruang.
"Itu terbuka." (Shiki)
Shiki terbengong-bengong mendengar kenyataan itu.
Lengan perak dengan mantap meningkatkan kekuatan dan telah melampaui ketahanan ruang yang berbeda.
Di tempat yang telah dihancurkan, ada ruang marmer yang mirip dengan yang ada di dalam gerbang Samal.
Apa ruang antar dunia seperti ini?
Jika kata-kata Samal benar, manusia yang jatuh kesini akan dipindahkan ke suatu dunia , atau mati begitu saja.
Aku belum pernah melihat tempat seperti ini bahkan ketika aku menggunakan kabut sebagai perantara untuk bolak-balik antara Asora dan dunia Dewi.
“...Waka, Apa kau akan mengejar orang itu, dan... kembali ke kampung halamanmu? Jika kau membuat orang itu mematuhi keinginanmu, itu mungkin. '' (Tomoe)
“...Sudahkah Samal mematuhi kemauanku? Tidak. Aku tidak ingin menghirup udara yang sama dengannya. Juga, jika aku membuatnya mematuhi kemauanku, itu berarti aku harus melakukan perjanjian seperti waktu dengan Tomoe dan yang lainnya, kan? Bahkan jika aku harus membuat perbedaan dalam perlakuan... Sesuatu seperti itu, Aku menolak. "(Makoto)
"Tapi... kau merindukan tanah kelahiranmu, kan?" (Tomoe)
“Ada apa, Tomoe? Memang benar aku ingin kembali ke Jepang. Namun... saat ini aku punya kalian di sampingku. Bahkan jika aku bisa kembali ke Jepang, jika aku tidak dapat kembali ke tempat ini, tidak ada gunanya memilih itu. Akan sangat menjengkelkan jika dicampuri oleh “serangga”, dan ada banyak hal yang ingin kukatakan padanya. ”(Makoto)
"Waka..." (Tomoe)
“Setelah aku menyelesaikan semua urusanku dengan Dewi, dan semua persyaratan itu terpenuhi, Aku akan kembali ke Jepang. Namun, aku akan bersama dengan kalian, selamanya. Setidaknya selama kalian membutuhkan perusahaanku, Aku akan selamanya berada di sana. Itu sebabnya, bahkan jika itu mungkin pada saat ini, aku tetap tidak akan kembali.”(Makoto)
"..."
Meskipun aku merasa seperti aku mengatakan sesuatu yang cukup keren, keduanya tidak memberikan reaksi apa pun dan itu membuaku sedikit malu.
Tomoe ini melemparkan air dingin ke adrenalinku; beberapa waktu yang lalu dia melakukannya dan sekarang dia melakukannya lagi.
Meskipun Samal membuatku kesal, aku tidak bisa kembali ke sensasi menyenangkan itu dari sebelumnya.
Aku benar-benar marah sekarang.
Sayang sekali.
Aku akan meremukkan, menghancurkan, dan membunuh Samal.
Karena tujuan yang jelas ini, Aku dapat menyapu semua hal yang ada di dalam kepalaku. Keadaan pikiran yang sederhana dan menyenangkan telah pergi jauh sekarang.
Suasana menggembirakan di dalam tubuhku yang memungkinkaku bergerak untuk tujuan-tujuan itu, untuk beberapa alasan, tidak lagi ada di sana.
Bagaimana mengatakannya, Aku lebih dekat dengan diriku yang biasanya.
... Eh?
Atau lebih tepatnya, Kenapa aku ingin menghancurkan Samal?
Hm... benar.
Dia menghina ayah dan ibuku.
Itu sebabnya aku marah.
Untuk berpikir aku melupakan alasannya. Apa yang salah denganku?
“... Kalau begitu, Apa yang akan kau lakukan sekarang?” (Shiki)
Shiki.
Yang pertama pulih dari atmosfer beku ini adalah Shiki.
"Sederhana. Aku akan menyeret Samal ke sini. ”(Makoto)
Apa yang akan aku lakukan tidak banyak berubah dari sebelumnya.
"Ba-Bagaimana?!" (Shiki)
Aku mendorong lenganku ke ruang marmer yang terbuka lebar.
“W-Waka! Apa yang kau lakukan?! "(Tomoe)
"Menempatkan lenganmu ke celah ruang?!" (Shiki)
Apa itu sesuatu yang begitu mengejutkan?
Itu adalah lawan yang kutembak beberapa saat yang lalu, dan aku berpikir bahwa ini adalah cara aku harus melakukannya.
Lihat?
"Itu dia. Seperti yang kupikir, Aku benar-benar bisa melakukannya, lihat? '' (Makoto)
"'Ada', katamu?" (Shiki)
"Waka, tempat yang lenganmu masuki... benar-benar domain musuh, dan domain yang tidak diketahui." (Tomoe)
"Ketika dia mengatakan dia tidak akan membiarkan Samal melarikan diri, maksudnya..." (Shiki)
Menemukan respon.
Sebuah celah.
Aku hanya menusukkan tangan kananku, tapi aku mendorong lengan kiriku juga dan meraih pegangan pintu dengan mereka berdua.
Dan kemudian, karena aku akan menyeretnya ke sini, Aku menarik semua kekuatanku.
"Bukankah sudah kubilang?!!!" (Makoto)
Sebuah gerbang yang compang-camping keluar dari ruang marmer, dan mungkin karena aku melakukannya dengan kekerasan, saat aku melepaskan tanganku, dia terbang ke langit.
“Eh!! Sebuah tangan tiba-tiba... apa yang sedang terjadi? Kau... Misumi Makoto!!”(Samal)
“Selamat datang kembali, Samal.” (Makoto)
Pembukaan ruang yang tidak lagi dibutuhkan, menutup dalam sekejap.
Dengan kata lain, lengan perak bebas untuk digunakan lagi.
Lengan yang bisa kugerakkan sesuka hati.
Samal sedang melakukan perjalanan di langit, Jadi aku dan Magic Armorku tidak dapat mencapainya.
Tapi kalau dengan lengan ini... itu mungkin.
"Kau bajingan!!!" (Samal)
Gerbang Samal terbuka sepenuhnya.
Dari sana, beberapa cahaya tebal yang mengingatkanku pada api Root ditembakan.
Bahkan dalam keadaan menderita, ia masih punya tiruan yang lain, Tapi pada akhirnya, itu masih versi yang lebih lemah.
Aku menerima semua cahaya itu dengan Magic Armorku.
Tidak hanya aku tidak menerima cedera, bahkan tidak perlu merperbaiki Magic Armorku.
“Kekuatannya dalam keadaan sempurna dan tanpa aria!! Semua serangan ini seharusnya menjadi yang pertama bagimu; mereka semua teknik dan mantra dari dunia yang tidak kau ketahui!!”(Samal)
“Aku sudah terbiasa dengan mantra tanpa aria, dan aku sudah mengalami hampir semua ini sebelumnya. Bukan hanya kau seorang Youkai, kau bahkan seorang peniru.”(Makoto)
“Menyeret kembali seseorang yang telah dipindahkan ke ruangnya. Itu hanya... Tidak mungkin!! Mustahil!!”(Samal)
"Sekarang, hanya memukulmu akan menyedihkan, Jadi... Aku akan menghajarmu dengan serbuan lengan perak- tidak, aku menamainya: [Silver Rush]." (Makoto)
"Bakat penamaan Waka itu sedikit..." (Tomoe)
“Waka-sama, Aku pikir itu akan kurang menyedihkan jika kau hanya memukulnya.” (Shiki)
“Maka Silver Rush adalah pilihan terbaik. Pergi! Pukul dia! Dan selagi itu, cungkil dia keluar! ”(Makoto)
Bahkan ketika aku mencoba untuk membangkitkan semangatku, Aku masih tidak dapat memasuki suasana hati yang nyaman yang kumiliki sebelum Tomoe mendinginkanku.
Lengan-lengan itu terbang ke udara dan mengejar Samal.
Lalu, begitu mereka menangkap target mereka, mereka segera mulai memukul.
Tanpa memperdulikan titik vitalnya, Aku hanya memukulnya dengan pikiran tunggal.
Dengan bagaimana ia beregenerasi, Akhirnya mungkin akan sangat lama.
Baiklah, Aku akan membuat prosesnya sedikit lebih cepat.
"Sementara itu... di sini" (Makoto)
“...Apa lagi kali ini?” (Shiki)
Shiki, yang entah kenapa benar-benar, bertanya padaku.
Tomoe menatap langit dengan ekspresi kaku.
"Eh, itu akan bagus kalau aku hanya memukulnya sampai mati, jadi aku berpikir untuk menembaknya sampai mati juga." (Makoto)
“... Apa yang ada di tanganmu adalah Draupnir, kan? Yang akan dibuang dan diberikan padamu oleh Ema dan Elder. "(Shiki)
"Ya. Kau tahu, sebuah Brid dengan cincin bercampur di dalamnya, aku sebenarnya belum melihat kekuatannya dengan mataku sendiri. Bukankah ini kesempatan yang bagus?"(Makoto)
"Itu benar. Sepertinya dia adalah lawan yang kuat. ”(Shiki)
"Kan. Shiki, pergi ke Ema dan bawa  lebih banyak cincin yang rencananya akan dibuang. ”(Makoto)
"Ba- Baik." (Shiki)
Untuk saat ini, Aku menempatkan sepuluh cincin yang kumiliki di tanganku, di atas telapak tanganku.
Aku menyebarkan jumlah Brid yang sama ke sekitarku, yang telah ditingkatkan untuk memiliki kekuatan dan ketepatan mereka sebagai prioritas tertinggi mereka.
Ini adalah mantra yang menyedihkan yang semua orang bilang bahwa itu bukan lagi sebuah Brid, tapi aku menyukainya.
Pada awalnya, mereka muncul dalam bentuk bola, dan seolah ditarik dari belakang, mereka perlahan-lahan mengambil bentuk panah.
Dan ketika Brid cukup tajam, mereka menjadi berbentuk spiral.
Ya.
Mengkonfirmasi bahwa mereka sekarang dalam keadaan siaga, Aku memperbaiki tujuan ke Samal saat aku menempatkan satu cincin di dalam mereka semua.
“Pertama, mari kita pergi dengan yang hanya ada satu di dalam. Siap… Tembak! (Lol) ”(Makoto)
Semua Brids ditembakkan.
Mereka berdampak pada Samal, yang masih dipukul, dan meledak.
Oooh.
Kekuatannya meningkat cukup banyak.
Ah, ngomong-ngomong, bahkan ketika itu terjadi, lengannya masih meninjunya tanpa menyia-nyiakan satu detik pun.
Dia masih mempertahankan wujudnya, jadi kekokohan dan kekuatan pemulihannya cukup bagus.
“Waka-sama, aku telah membawanya.” (Shiki)
Apa yang dibawa Shiki dalam pelukannya adalah kotak permata yang besar.
Itu benar-benar dipenuhi dengan cincin merah terang.
"Semua proyektil sudah siap." (Makoto)
Sambil memborbardir Samal dengan gatling Brids yang tanpa selang waktu untuk menghindarinnya...
"Baiklah, Kali ini mari kita coba mencampur dua." (Makoto)
Aku sengaja menghindari titik-titik vital, dan membiarkan dia menggunakan kekuatan regenerasinya... sambil aku terus menghujaninya dengan tembakan.
“Aku mulai berpikir dari lubuk hatiku untuk tidak menggoda Waka dengan berlebihan. Sejujurnya, apa yang terjadi barusan telah mendinginkan semangatku. ”(Tomoe)
“Sangat mengesankan bahwa kau masih berpikir untuk menggodanya, Tomoe-dono.” (Shiki)
“Memukul dia tanpa henti dari atas, dan menembaknya tanpa henti dari bawah. Yah, dia bilang dia tidak mau mengotori Azusa, jadi dia tidak menggunakan busurnya lagi.”(Tomoe)
“Pada akhirnya, Samal sama sekali tidak diizinkan untuk jatuh.” (Shiki)
“Ada beberapa saat ketika dia mencoba memanggil sesuatu. Aku tidak tahu apa dia berhasil atau tidak, Tapi dapat dipastikan bahwa itu tidak mengubah situasi sedikit pun. Mengenai ketinggian, bukan hanya dia tidak jatuh, Kupikir itu malah tambah tinggi. '' (Tomoe)
"Mengesampingkan pembicaraan sepele ini, aku benar-benar merasa bahwa Samal memiliki kekuatan besar yang melampaui High Spirit dan Root-dono, Tapi apa itu hanya perasaanku?" (Shiki)
“Aku juga merasa seperti itu. Kalau kau dan aku harus melawannya, kita pasti tidak akan bisa menang."(Tomoe)
“Jika dia bisa kabur ketika berada di Asora dan di hadapan Tomoe-dono, tidak ada cara untuk mengejarnya. Jika apa yang dia bawa hanya pada level itu, kita tidak akan kalah, begitulah pikirku..”(Shiki)
Shiki melihat kembali pada pertarungan Makoto- tidak, dia menginjak-injaknya.
Metode menyerang Samal dengan memanggil, di mata Shiki, itu adalah sesuatu yang memiliki banyak cara untuk ditangani.
Shiki telah mulai menguasai Step ke-13, jadi dia merasa seperti ada banyak ruang untuk menang.
“Namun rudal itu benar-benar membuatku takut. Jika kita tidak menghapusnya dan menerimanya secara langsung... Waka memperkirakan bahwa dia akan dapat menerimanya, tapi untukmu dan aku, itu akan sedikit kasar. "(Tomoe)
“Rudal. Yang Tomoe-dono ubah menjadi ilusi? Aku bisa melihat bahwa Waka-sama merasa sedikit bahagia ketika itu terjadi. ”(Shiki)
“Karena mereka mirip dengan senjata yang ada di dunia Waka. Dia mungkin merasakan keakraban dalam bentuk itu. '' (Tomoe)
“Mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk membuat Tomoe-dono waspada?” (Shiki)
“Itu memiliki daya ledak yang merepotkan. Samal tidak harus menahan diri melawan kami, sehingga banyak yang diberikan.”(Tomoe)
Tomoe melirik bagian lantai.
Di tempat itu, ada pintu rumah biasa yang tergeletak.
Yang dulunya Samal.
"Sudah tidak ada bekas bayangannya." (Shiki)
“Objek yang memperoleh kehendak. Alat yang telah digunakan untuk waktu yang lama, mendapat kehendak, dan berubah ya. Itu adalah pengetahuan dari legenda di dunia Waka. Sungguh eksistensi yang misterius-ja no. Aku juga tidak tahu tentang ini.'' (Tomoe)
“Kemungkinan besar itu adalah sesuatu yang tidak ada di dunia ini. Aku juga belum pernah mendengarnya. ”(Shiki)
Setelah dihajar habis-habisan oleh Makoto, Samal kembali ke tanah dengan Lengan Perak.
Diriingi dengan suara hantaman dia jatuh ke tanah, Samal sudah kehilangan wujudnya sebagai sebuah pintu.
Tomoe dan Shiki yang berpikir bahwa itu akan dihancurkan pada tingkat itu, berpikir aneh bahwa Makoto menghentikan serangannya dan mendekati Samal.
Dan kemudian, mereka melihat bagian dari Makoto yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Makoto memberi tahu Samal: 'Membunuhmu akan menjadi akhir segalanya, dan itu hanya akan membawakanmu ke kedamaian'.
Itu sebabnya dia berhenti.
"Kau telah bekerja keras dan sampai sejauh ini, Ini sudah cukup?', Apa itu yang coba dia katakan ya." (Shiki)
"Ya. Mendapatkan jiwa dengan menggunakan kontrak, dia memperkuat dirinya sendiri; untuk dapat mencabut kekuatan itu dari akarnya, Waka sangat mahir melampaui harapan. ”(Tomoe)
"Pada akhirnya, dia kembali menjadi alat sihir- tidak, karena dia sudah memiliki kehendak, saat dia mendapatkan kembali kesadarannya mungkin akan lebih pendek." (Shiki)
“Mungkin, atau tidak. Apapun itu, dia adalah seorang yang menyedihkan. Tidak bisa mengeluarkan keinginanmu secara praktis adalah penyiksaan. Sungguh ironis'' (Tomoe)
Tomoe menghadap pintu dan menekan tangannya bersama dalam doa.
Mungkin dia merasa perlu menyampaikan belasungkawa. Shiki mengikuti arahannya.
Keheningan singkat jatuh ke padang rumput.
“Aku akan membawanya ke ruang penelitianku besok. Kami juga harus membersihkan mayat-mayat itu. ”(Shiki)
Alat sihir, Samal, masih mampu berpikir, tapi tidak dapat mengeluarkan suara, apalagi, telah diputuskan bahwa dia akan tinggal di sini selama satu malam.
Di atas itu, mulai besok, hari-harinya sebagai kelinci percobaan akan dimulai.
Dia mungkin adalah definisi dari: terlalu menyedihkan untuk dilihat.
“Mungkin ada sesuatu di sini yang bisa berguna. Ada banyak sekali ras di tempat ini, jadi mari kita panggil bantuan. ”(Tomoe)
"Ya." (Shiki)
Ada mayat orang, mamono, dan senjata.
Dalam kegelapan malam, mata dua orang yang diarahkan pada mayat-mayat itu berbaring, kedinginan.
“Baiklah, mari kita kembali juga. Puding telur yang gurih dari Mio akan jadi dingin." (Tomoe)
"Benar... Tomoe-dono." (Shiki)
Setelah rentang waktu, Shiki memanggil Tomoe dari belakang.
"Apa-ja?" (Tomoe)
“Bukankah itu bagus? Waka-sama ingin tinggal di Asora bersama dengan kami, sampai akhir yang pahit. ”(Shiki)
"...Umu." (Tomoe)
“Jujur saja, tergantung pada langkah Samal, kupikir Waka-sama mungkin memutuskan untuk kembali ke dunianya, dan...” (Shiki)
"'Tidak pernah kembali'?" (Tomoe)
"...Ya." (Shiki)
"Bodoh." (Tomoe)
"Maaf." (Shiki)
Shiki sedikit menurunkan kepalanya.
“Ah~, benar-benar bodoh-ja. Ayo kembali. ”(Tomoe)
Tomoe membuka gerbang kabut.
"Tapi, aku juga-ja ..." (Tomoe)
Suara samar Tomoe sampai ke telinga Shiki.
Pada saat dia mengangkat kepalanya, pengikut senpai-nya sudah tidak ada lagi.
Shiki tidak berpikir untuk mengkonfirmasi kata-kata itu.
Dia hanya memiliki senyum lembut di wajahnya saat dia mengejarnya.
Tomoe dan Shiki kembali ke tempat tinggal mereka dengan lega.
Makoto tidak berencana untuk kembali ke Jepang sekarang.
Senyumnya ketika marah itu berbahaya.
Keduanya, yang mempelajari sesuatu yang lebih penting daripada pembentukan mantra pemngembalian, merasa hari ini memiliki nilai besar.